Sunday, October 25, 2015

Tempat-tempat yang Dikeramatkan di Desa Adat Bannada, Ada Pohon Lungkang Yang Bisa Berubah Warna


Desa Bannada, Kecamatan Gemeh, Kabupaten Kepulauan Talaud menyimpan sejuta cerita tentang kerajaan Porodisa. Dimana awal mula terbentuknya kerajaan Talaud berasal dari kampung yang juga disebut payung utara atau payung keramat ini.

Dengan kearifan lokal yang terus terjaga hingga kini, hukum adat masih sangat mengikat pada anggota kerajaan Porodisa kini. Masyarakat pun masih memercayai tentang hal-hal yang berbau mistik. Bukan sekadar hikayat pembangkit semangat juang semata. Juga tidaklah cerita dongeng belaka.

Akan tetapi, masyarakat mengambil hikmat atau makna yang dalam terhadap nilai kearifan budaya lokal, diwariskan turun-temurun oleh para pendahulunya hingga kini. Meski mayoritas penduduk desa tertua di Talaud ini menganut kepercayaan Kristen Protestan.

Berikut tempat-tempat yang dikeramatkan warga desa Bannada, yang erat kaitannya dengan sejarah terbentuknya kerajaan Poridisa pada abad ke-10 sebelum masehi.

1. Pohon Impian (lungkang)


Di saat bulan purnama, semua daun di pohon ini akan berubah menjadi putih. Pohon ini pun tak lepas dari sejarah asal mula kerajaan Porodisa. Pohon ini menjadi tempat beristirahat manusia pertama kerajaan ini, yang adalah seorang wanita cantik.

Wanita yang hidup menyendiri di kawasan hutan yang disebut laroroan-umbanga bernama Winoso bergelar Woi Tajoda. Suatu waktu, ketika ia sedang duduk melamun kesepian di sebuah batu yang muncul di bawah pohon ini. Ia tiba-tiba dikejutkan dengan suara yang berkata,

"Hai engkau seorang wanita yang hidup seorang diri. Jangan engkau bersusah lagi. Aku akan memberi kepadamu seorang pelindung dan pendamping dalam hidupmu selama hayat dikandung badan. Tanah yang engkau tempati dan engka diami sekarang ini, serta seluruh gugusan kepulauan yang ada di sekitarnya, akan aku berikan kepadamu beserta keturunanmu untuk menguasai pulau-pulau itu".

Wanita itu kemudian mendapat perintah agar selama selapan hari berturut-turut untuk menghadap delapan penjuru mata angin. Perintah dari suara tersebut pun dilakukannya dengan sepenuh hati, tanpa berpikir apa yang akan terjadi padanya setelah itu.

Atas dasar itulah, kenapa masyarakat Bannada sangat mengeramatkan pohon ini. Pohon ini berada tak jauh dari pemukiman warga. Hanya butuh menyeberang di pada sebuah selokan raksasa, pohon ini sudah sangat jelas terlihat. Hanya satu-satunya pohon yang diyakini, dari sekian banyak pohon yang ada.

2. Kolam Pemandian Bidadari


Mata air ini terletak tak jauh dari pohon impian. Latar belakang mata air ini pun tak lepas dari kisah di baliknya yang bersambungan dengan pohon impian.

Setelah menjalankan perintah suara itu selama delapan hari, ia kemudian mengandung. Di usia kandungannya ke enam, wanita itu kembali mendapat ilham melalui suara yang berkata," selama tiga malam berturut-turut, kolam yang berada di halaman rumahmu harus dihaga baik-baik."

Pada petang hari menjelang malam pertama, ia sedang duduk di atas batu dekat pohon itu. Ia kemudian melihat ada seookor ikan mas besar tabg berenang kian mendekat. Berkeliling mengitari bunga-bunga di kolam itu. Selanjutnya, selain ikan mas itu, tak ada hal lain yang dilihatnya.

Satu peristiwa ajaib terjadi pada malam ketiga. Seekor ikan mas itu telah menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Sambil langkah tekap ia memegang sebuah keris emas di tangan kiri dan kanannya.

Lelaki gagah itu adalah semua ilham yang didengarkan wanita itu. Mereka pun hidup bersama membangun rumah tangga yang rukun dan bahagia. Sang istri adalah Winoso bergelar Woi Taloda dan sang suami adalah Winungkan (Rung Birisan).

Volume air di kolam pemandian bidadari ini saat terpantau Senin (07/07/2014) sedikit. Saat ini, masyarakat percaya jika mandi di kolam ini, berbagai macam penyakit akan sembuh. Asalkan harus mandi tanpa sehelai benang pun di badai. Atau sekadar cuci muka, akan memberi kasiat yang baik. Ketika tiba di kolam ini, banyak juga warga yang langsung meminun airnya. Berasal dari mata air yang sangat jernih.

3. Pekuburan Raja-raja Porodisa



Pekuburan raja-raja Porodisa berada di tengah perkampungan warga desa Bannada. Di pekuburan ini baru saja dibangun sebuah tugu dari Pemerintah Kepualaun Talaud, yang bertuliskan keturunan dari kerajaan Porodisa ini.

Di pekuburan ini, ada lima makan dari raja Porodisa pertama, serta keturunannya. Kuburan tampak terlihat klasik, yang tersusun dari bebatuan putih. Di dalam kubur itu terlihat tulang-belulang yang telah hancur. Ada pula beberapa yang masih utuh. Ada satu makam yang terlihat baru, yang merupakan keturunan terbaru yang meninggal.

Makam ini berada di pinggir pantai, tepat di belakang pemukiman warga. Tampak terawat dan dipagar keliling berwarna putih. Tugu yang dibangun pemerintah tampak terlihat baru, Datang ke Desa Bannada rasanya tak lengkap jika tak berkunjung ke makam ini, yang begitu dijaga warga desa.

Perjalanan ke Desa Bannada ini memang tak mudah. Harus berlayar melewati laut dari Manado ke kawasan pulau terluar Indonesia, serta medan jalan berat lewat darat yang memakan waktu lama. Namun berkunjung ke tanah Porodisa ini takkan pernah mengecewakan. Kearifan lokal masyarakat di sini serta indahnya alam sekitar, akan membuat pengunjung merasakan Indonesia yang sesungguhnya. Indonesia yang kaya akan budayanya.

No comments:

Post a Comment